Sore hari itu ketika saya sedang berada dikampung halaman ibunda untuk menjenguk nenek yang tinggal satu-satunya yang saya miliki. Ketika ibu, ayah, dan kakak-kakak sibuk dengan urusan mereka. Saya menyimpan rasa penasaran apa yang sebenarnya membuat nenek betah berlama-lama didalam kamarnya yang sangat amat sederhana dan hanya sesekali keluar jika anak-anaknya berkumpul untuk sekedar mengobrol dengan cucu-cucunya.
Rasa penasaran ketika sesampainya saya didapur yang kebetulan kamar nenek berada didekat dapur membuat saya masuk kedalamnya. Saya lihat dibalik punggung beliau ternyata sedang mengupas kacang yang saya tau itu akan dijadikannya oleh-oleh untuk anak-anaknya ketika akan kembali ke Jakarta. Saya pun berinisiatif untuk membantu beliau, dengan bahasa jawa yang beliau ucapkan sedikit banyak saya mengerti yang beliau katakan.
Nenek dari ibunda memang sosok nenek yang baik, karna nenek dari ayah sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan semasa hidupnya pun nenek dari ayah sudah ‘pikun’ jadi terkadang sulit unuk menghafal orang disekitarnya sekalipun itu anaknya sendiri. Tiba-tiba nenek menyuruh saya untuk mengambil sesuatu dibalik tumpukan pakaian yang ada di sebuah keranjang. Yang membuat saya sedikit kaget ternyata nenek menyuruh saya mengambil sebuah album foto kecil yang didalamnya berisi beberapa lembar foto dan sebuah ktp yang sudah sangat lama seharusnya diperbaharui. Lembar demi lembar saya perhatiakan foto tersebut sementara nenek sibuk bercerita tetang foto-foto itu. Nenek berkata “aku kalo kangen ya ngeliatin foto itu aja”. Nenek sudah tidak muda lagi, ketika saya melihat tahun kelahiran di ktp nya umurnya hampir genap 80tahun. Tubuhnya sudah ‘bongkok’ dan berjalan jauh pun harus bertopang dengan tongkat. Jadi tidak mungkin rasanya nenek mau diajak ke Jakarta sekedar untuk melihat anak-anak ataupun cucu-cucunya.
Sampai nenek memperlihatkan kepada saya selembar foto pria parubaya yang sedang duduk memakai kacamata dan peci hitam yang akhirnya saya ketahui itu adalah kakek saya. Rasa rindu akan sosok kakek yang selama ini saya pendam serasa lenyap melihat sosoknya walau didalam sebuah foto, bahkan walau wajahnya samar-samar. Saya tidak pernah melihat kedua kakek saya semasa hidup saya, bahkan wajah keduanya pun tidak pernah saya lihat. Saat itu mata saya mengkristal menahan air mata yang sepertinya akan segera jatuh menahan haru disore itu.
Tidak dapat dibayangkan ketika nenek yang sudah tua harus pergi juga… lalu mungkin kamarnya yang usang akan menjadi sunyi dan semakin sunyi. Saya sangat sedih ketika mengetahui nenek kesulitan untuk belajar solat. Umurnya yang tidak lagi muda mungkin salah satu factor utama nenek sulit untuk menghafal bacaannya. Walau begitu saya selalu mendoakan kesehatan dan keselamatan untuknya. Berharap nenek bisa lebih lama lagi mendampingin kita dan menyamput kita cucu-cucunya ketika kami sampai dikampung halaman ketika momen lebaran. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar