- Bagaimana kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
Berdasar data statistik penduduk jumlah perempuan di
Indonesia sebanyak 50,3% dari total penduduk. Hal ini berarti di Indonesia
jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Dengan jumlah perempuan yang
demikian besar maka potensi perempuan perlu lebih diberdayakan sebagai subyek
maupun obyek pembangunan bangsa. Peranan strategis perempuan dalam menyukseskan
pembangunan bangsa dapat dilakukan melalui:
1. Peranan
perempuan dalam keluarga
Perempuan merupakan benteng utama dalam keluarga.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai dari peran perempuan dalam
memberikan pendidikan kepada anaknya sebagai generasi penerus bangsa.
2. Peranan
Perempuan dalam Pendidikan
Jumlah perempuan yang demikian besar merupakan aset dan
problematika di bidang ketenaga kerjaan. Dengan mengelola potensi perempuan
melalai bidang pendidikan dan pelatihan maka tenaga kerja perempuan akan
semakin menempati posisi yang lebih terhormat untuk mampu mengangkat derajat
bangsa.
3. Peranan perempuan
dalam bidang ekonomi
Pertumbuhan ekonomi akan memacu pertumbuhan industri dan
peningkatan pemenuhan kebutuhan dan kualitas hidup. Di sektor ini perempuan
dapat membantu peningkatan ekonomi keluarga melalaui berbagai jalur baik
kewirausahaan maupun sebagai tenaga kerja yang terdidik.
4. Peranan
perempuan dalam pelestarian lingkungan
Kerusakan lingkungan yang semakin parah karena proses
industrialisasi maupun pembalakan liar perlu proses reboisasi dan perawatan
lingkunga secara intensif. Dalam hal ini perempuan memiliki potensi yang besar
untuk berperan serta dalam penataan dan pelestarian lingkungan. Merubah
Pandangan Lama.
Manusia dari waktu ke waktu terus berkembang mengikuti arus
zaman yang semakin maju. Hal ini diikuti pula dengan berkembangnya budaya yang
semakin beragam baik dari segi cara berpakaian maupun cara bersikap. Pergaulan dalam
kehidupan sehari-hari serta cara berpikirpun sudah menampakkan garis perbedaan
yang tinggi. Perubahan yang drastis ini juga mengakibatkan terkikisnya budaya
yang menjadi pondasi moral bangsa indonesia. Siapakah yang harus bertanggung
jawab akan merosotnya budaya dan moral pemuda indonesia?. Saat ini peran wanita
perlu dipertanyakan, di manakah mereka sekarang dan bagaimana mereka
mempertanggungjawabkan posisi mereka sebagai guru pertama bagi anak cucu
mereka. Yang mana mereka akan mewarisi dan menempati negeri ini.
Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembangunan masayarakat yang bermoral. Akan tetapi kerap kali peran perempuan
menjadi perdebatan. Banyak kalangan yang menilai perempuan seharusnya
mendapatkan peran yang lebih didalam kehidupan bermasyarakat. Terutama dalam
pendidikan, perempuan merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Dimana
anak-anak ini merupakan bibit-bibit penerus bangsa indonesia. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Syauqi “Ibu ibarat madrasah, jika kau persiapkan maka
sesungguhnya anda sedang menyiapkan bangsa (besar) yang wangi keringatnya.”
Namun, tidak sedikit yang memandang bahwa ranah kerja wanita hanya sebatas
dalam kehidupan rumah tangga saja.
Wanita sebagai hamba Allah yang lemah, memiliki peran amat
besar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpanya, kehidupan tidak
akan berjalan semestinya. Sebab ia adalah pencetak generasi baru. Sekiranya di
muka bumi ini hanya dihuni oleh laki-laki, kehidupan mungkin sudah terhenti
beribu-ribu abad yang lalu. Oleh sebab itu, wanita tidak bisa diremehkan dan
diabaikan, karena dibalik semua keberhasilan dan kontinuitas kehidupan, di situ
ada wanita.
Sebagimana yang dijelaskan di atas bahwasanya wanita amatlah
penting bagi kehidupan bermasyarakat. Wanita juga memiliki hak yang sama dengan
laki-laki. Hal ini juga didukung dengan adanya sasaran peningkatan peranan
wanita dalam Repelita VI yaitu dengan meningkatkan taraf pendidikan wanita.
Dengan adanya hal ini diharapkan mampu mendukung upaya mempertinggi harkat dan
martabat wanita serta makin mantapnya organisasi wanita dan makin aktif
peranannya dalam pembangunan.
Begitu besar peran dan pentingnya wanita dalam penbentukan
pondasi budaya yang bermoral bagi penerus bangsa. Namun, kenyataan yang ada
berbanding terbalik dengan realita yang sesungguhnya. Pada zaman yang semakin
maju ini banyak penyalahguanaan kebebasan yang telah diberikan. Kebebasan yang
seharusnya digunakan untuk meningkatkan moral bangsa. Namun, hal tersebut
menjadi bumerang yang membuat runtuhnnya budaya-budaya bangsa ini.
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan pendidikan seperti
organisasi dijadikan tameng untuk menutupi kebobrokan prilaku mereka. Misalnya
rapat yang hingga larut malam, keluar pada waktu malam hari dengan alasan untuk
mengerjakan tugas, berboncengan dengan lawan jenis dengan alasan yang
bermacam-macam dan banyak prilaku lain yang telah menyimpang dari aturan yang
ada. Cara berpakaian para wanita pada zaman era globalisasi ini juga sudah
tidak layak untuk dipandang. Misalnya menggunakan rok yang hanya sampai lutut
saja, sehingga sebagian kakinya masih terlihat. Meskipun tidak sedikit yang
telah membungkus seluruh tubuhnya dengan gamis, tetapi model-model pakaian itu
tetap memperlihatkan lekuk tubuh mereka.
Gaya hidup para wanita telah mengikuti gaya barat yang
sebenarnya malah merusak moral bangsa. Aturan yang mengikat wanita baik dari
segi pakaian maupun tingkah laku telah disubstitusi oleh beragamnya kebebasan
yang tak mempunyai batas. Hal ini amatlah terlihat jelas dengan fakta-fakta
yang ada. Dahulu para wanita memperhatikan betul adat istiadat yang mereka
miliki. Dengan beralihnya perhatian mereka pada perkembangan zaman menjadikan
mereka lupa dan acuh tak acuh dengan beragamnya budaya, adat istiadat dan norma
yang ada di negeri ini.
Oleh karena itu, siapa lagi kalu bukan kita para wanita yang
mengajarkan kepada generasi penerus bangsa untuk mencintai negeri yang sudah
tua ini. Kita para wanita yang merupakan guru pertama yang seharusnya
mengajarkan norma, budaya, prilaku yang bermoral bagi penmimpin-pemimpin negeri
yang akan datang. Karena kita yang mempunyai banyak kesempatan untuk membentuk
pribadi anak cucu kita supaya lebih baik.
- Bagaimana kedudukan pemuda dan Olahraga dalam meningkatkan Kwalitas manusia Indonesia?
Pemerintah Indonesia dalam
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan mendefinisikan Pemuda
sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Tak bisa dipungkiri memang di
usia 16-30 tahun para pemuda memiliki energi yang sangat besar, semangat yang
menggelora. Dalam rentang usia itu para pemuda ingin menemukan jati diri
sejatinya, seperti merancang masa depannya, mencari calon pasangan hidup, mulai
masuk dunia pekerjaan hingga meniti karir. Dengan jumlah yang cukup besar yang
saat ini mencapai 69 juta jiwa, keberadaan pemuda di Indonesia ibarat pedang
bermata dua. Pemuda yang baik dan sukses tentunya menjadi kebanggaan keluarga.
Sedangkan pemuda yang sering kali ikutan tawuran, terjerumus dalam narkoba dan
tidak punya masa depan justru akan menjadi sampah masyarakat.
Selanjutnya apa hubungan pemuda dan olahraga yang ada di Indonesia ? kita melihat bahwa bidang olahraga di Indonesia masih belum teroptimalkan. Padahal peran pemuda sangat besar dal;am bidang olahraga. Kita ketahui bahwa atlet pada sebuah cabang olahraga masa keemasannya justru berada pada saat dia menjadi pemuda. Saat sudah berusia diatas 30 tahun umumnya para atlet sudah memutuskan untuk pensiun. Jika dibandingkan dengan negara Jepang saja, khusus untuk cabang sepakbola, negara kita masih jauh tertinggal. Padahal jumlah penduduk negara Jepang mungkin hanya sebanding dengan jumlah penduduk di salah satu provinsi di Indonesia. Banyak pemain sepakbola yang merumput diluar negeri dan bermain sepakbola di liga Eropa. Sedangkan di Indonesia, Sepakbola di Indonesia saat ini tak luput dari permasalahan, mulai dari konflik kepentingan para petinggi-petinggi organisasi sepakbola di Indonesia, para pengurus klub yang korupsi dan tidak profesional, pemain yang tidak dewasa, stadion yang kurang memadai, supporter yang seringkali bertindak anarkis hingga wasit tidak fair dalam memimpin pertanndingan.
Permasalahan ini pada akhirnya sepakbola
diIndonesia terasa membosankan, masyarakat lebih senang menonton pertandingan
sepakbola liga Inggris daripada liga Domestik dalam negeri. Dari Sepakbola saja
yang menjadi olahraga paling populer di Indonesia terlihat bahwa bidang
olahraga di Indonesia masih belum teroptimalakan dan senantiasa dirundung
permasalahan yang mengahambat olahraga Indonesia untuk lebih maju. Pemuda
harus turun tangan, bukan terjebak dalam permasalahan yang ada tetapib ikut
memikirkan solusi yang diberikan untuk memajukan olahraga di Indonesia.
Sebenarnya bidang olahraga merupakan bidang yang besar yang juga terkait dengan bidang-bidang lainnya. Mungkin ada sekelompok pemuda yang memandang sebelah mata bidang ini menganggap olaraga sebagai bidang yang kurang menjanjikan untuk masa depan. Padahal olahraga tidak hanya terkait dengan atlet dan pelatihnya saja, ada irisan bidang industri bidang olahraga, teknologi olahraga dan sport science. Sebagai pemuda yang kreatif kita hrus bisa melihat peluang yang ada di bidang olahraga.
Pemuda Indonesia sewajarnya menyalurkan semangat yang ada dalam dirinya kepada bidang olahraga. Banyak pilihan yang bisa dipilih, bisa menjadi atlet yang profesiaonal, menjadi pelatih yang sangat berkompeten, menjadi wasit olahraga Internasional, desainer seragam olahraga yang handal, guru olahraga yang terampil, ahli dalam sport science, berwirausaha dibidang olahraga, pemandu bakat dibidang olahraga, pengurus organisasi olahraga, dan lain sebagainya. Sudah sewajarnya kita memberikan semangat kepada atlet Indonesia yang sedang bertanding. Setidaknya ada rasa kepedulian kita terhadap olahraga di negeri ini. Percuma saja kita menjadi penikmat dan sebatas penonton sepakbola luar negeri tetapi justru merasa acuh dan tidak mau tahu tentang sepakbola dalam negeri. Pemerintah pun harus mendukung upaya mengoptimalkan dan mengembangkan olahraga di Indonesia. Semangat pemuda yang menggelora di bidang olahraga harus didukung oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait yang mendukung kemajuan olahraga nasional, menyediakan fasilitas olahraga yang mumpuni, memberikan perhatian terhadap sekolah-sekolah olahraga serta memberikan pinjaman modal wirausaha dan industri kreatif dibidang olahraga. Namun tanpa dukungan seluruh masyarakat upaya ini pun tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Saat ini beberapa bidang olahraga memang cukup menarik minat para generasi muda seperti bulutangkis dan sepakbola. Namun bidang di luar itu, bidang-bidang olahraga lainnya di Indonesia jarang sekali diminati. Beberapa penyebabnya antara lain ketidakjelasan jalur karir di bidang-bidang olahraga tersebut. Bahkan dalam hal karir pascapensiun, bulutangkis dan sepakbola pun setali tiga uang dengan bidang lain. Banyak mantan atlet yang terlantar, hidup dengan beberapa permasalahan yang tak terselesaikan seperti gaji dan sebagainya. Ini membuat regenerasi atlet menjadi tersengal-sengal. Bidang olahraga pun makin tidak diminati di negeri ini.
Lantas bagaimana
perhatian pemerintah dibidang olahraga di tahun 2016 ini ? Orientasi sebagian
masyarakat Indonesia memang belum melihat olahraga sebagai karir yang
membanggakan dan menjanjikan. Pendidikan dan olahraga bukan paduan yang pas,
seperti dua kutup magnet yang sama yang mencoba untuk bergabung; tentu tak akan
pernah terwujud. Banyak lembaga pendidikan yang memberikan ‘hukuman’ pada siswa
yang lebih memilih olahraga dibanding belajar untuk nilai pelajaran yang bagus.
Selain itu memang tidak ada program pelatihan dari pemerintah yang memberikan
ruang bagi setiap siswa untuk memilih jalur olahraga untuk berprestasi lebih
baik.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah tak ada program pembinaan, dana pembinaan pun tak banyak bisa bicara. Bila dibandingkan dengan negara lain, anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia jauh lebih kecil. Di Australia, Thailand dan Singapura, dana olahraga mereka mencapai masing-masing 0,1%, 0,2%, dan 4,2% dari pendapatan negara. Sementara di Indonesia hanya 0.08%. itu pun belum dikurangi biaya operasional kementrian seperti gaji pegawai.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah tak ada program pembinaan, dana pembinaan pun tak banyak bisa bicara. Bila dibandingkan dengan negara lain, anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia jauh lebih kecil. Di Australia, Thailand dan Singapura, dana olahraga mereka mencapai masing-masing 0,1%, 0,2%, dan 4,2% dari pendapatan negara. Sementara di Indonesia hanya 0.08%. itu pun belum dikurangi biaya operasional kementrian seperti gaji pegawai.
Sebenarnya banyak
pihak swasta di Indonesia ingin lebih membantu perkembangan olahraga di
Indonesia. Namun mereka mengaku tidak bisa membantu dengan maksimal sebab
olahraga di Indonesia belum berkembang dengan baik sebagai industri. Masih
banyak sekali politisisasi di dalam bidang ini yang membuat olahraga bukan
tempat menjanjikan untuk bisnis. Contoh negara yang sukses membangun industri
olahraganya adalah Inggris dan secara khusus Amerika Serikat. Dengan
pengelolaan olahrga yang bagus, bukan hanya banyak generasi muda yang ingin
menjadikan atlet sebagai profesinya, tapi juga banyak perusahaan swasta yang
ingin bergabung menanamkan modalnya.
Sudah menjadi paham umum kalau kita belum memiliki lapangan sepakbola yang bagus. Itu hanya di satu bidang, belum yang lain. Kurangnya perhatian pemerintah untuk menyediakan fasilitas pendukung olahraga yang baik membuat bidang ini makin tidak atraktif. Mereka yang telah memutuskan untuk menjadi atlet pun akan sulit berkembang. Di samping itu, kalau pun ada sarana yang baik, itu hanya terpusat di Jawa. Para atlet dari daerah harus meninggalkan daerahnya sejak usia dini bila ingin menjadi professional. Ini tentu membuat sebagian akhirnya memutuskan untuk tidak berkarir di dunia olahraga meski punya potensi besar.
Sudah seharusnya pemerintah menjadi organisasi induk untuk mengelola olahraga di Indonesia. Bagaimanapun juga porsi perhatian bagi olahraga masih kurang bila dibanding dengan bidang lain. Program pembinaan dan pengelolaan masih perlu disempurnakan. Faktor ini selalu berada pada akhir setiap siklus pengembangan bidang apapun. Semua upaya baik dari atle dalam kasus ini dan swasta pada akhirnya bermuara pada inisiasi pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar